SOLUSI DILEMA WAKIL DONATUR MERANGKAP SEKALIGUS SEBAGAI PENJUAL MAKANAN

SOLUSI DILEMA WAKIL DONATUR MERANGKAP SEKALIGUS SEBAGAI PENJUAL MAKANAN.

❓PERTANYAAN:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بارك الله فيكم
السؤال :
إذا أعلن صاحب المطعم أنه سيساعد الناس الذي يريد توزيع الطعام أو المأكولات في يوم الجمعة وكان الإعلان مع تخفيف شعر الطعام فمثلا – أصل قيمة الطعام 15 درهم فباع لأجل التبرع 10 درهم، ويساعد الناس لتوزيعه فهل هكذا لا يجوز ؟ علما بأن صاحب المطعم يساعد بعض الفقراء والمساكين
وهل هكذا كما ذكر في فقه الشافعي تشبيها بمسألة: إذا وكله في بيع ثوب مثلا فباع الوكيل الثوب لنفسه فهل يصح؟ لا يصح البيع ولو بإذنه على المعتمد لاتحاد القابل والموجب؟

Pertanyaan:
Apabila pemilik warung makan mengumumkan bahwa dia akan membantu orang-orang yang akan membagikan makanan atau cemilan pada hari jum’at dan dimana iklannya itu adalah dengan disertai dengan pengurangan harga/discount harga (yang biasa dipakai di lingkungan sekitar warung tersebut) yaitu asalnya 15 dirham dan diturunkan harganya menjadi 10 dirham dalam rangka donasi dan membantu orang yang berdonasi itu untuk membagikannya kepada Sebagian orang-orang fakir dan miskin, apakah yang demikan itu sama dengan apa yang disebutkan dalam Fiqih Syafi’i serupa dengan permasalahan:
Andai ada orang yang memberi mandat (akad wakalah) untuk menjualkan kain misalnya lantas dibeli sendiri orang orang yang mendapatkan mandat tersebut, apakah pembelian yang dilakukan oleh penerima mandat tersebut sah?
Transaksi jual beli yang terjadi TIDAK SAH meski orang yang memberikan mandat mengizinkan wakil untuk melakukan pembelian. Alasan ketidakabsahannya adalah karena pelaku ijab dan kabul transaksi jual beli tersebut adalah satu orang. (penanya Abu Usaid)

JAWABAN:

SYAIKHONA DR. ABDUL BARY AL-HINDY hafizhahullah menjelaskan (diringkas dari rekaman suara beliau hafizhahullah):

  • Tidak boleh menyebutkan jum’at berkah atau mengkhususkan jum’at dengan pembagian makanan minuman dan tidak dilakukan di hari lainnya karena hal tersebut butuh terhadap dalil yang shorih. Mengkhususkan sesuatu tanpa dalil dan dimasukkan kedalam ranah tatanan syar’i bisa menyebabkan seseorang jatuh pada perbuatan bid’ah.
  • Tanaththu’ dalam agama Islam tidak dibolehkan artinya membawa isu yang berkaitan dengan pemahaman satu atau dua madzhab tertentu kemudian dilontarkan kepada orang awam maka itu menjadi kesimpang siuran yang sangat meresahkan. Karena bagi orang awam tidak akan bisa melihat itu sebagai bagian dari paparan penjelasan ilmiyah namun justru akan terperosok kepada fanatik madzhab tanpa ada dalil yang jelas.
  • Mengqiyaskan pendapat salah satu atau dua madzhab kemudian dibawa kepada kasus lainnya yang kemungkinan illatnya sama itu tidak bisa langsung bisa dijadikan dalil secara langsung harus dilakukan pembahasan yang lebih detil dan mendasarkan pada dalil yang jelas dari al-Quran dan as-Sunnah sekaligus perkataan Shahabat serta ulama sholih sepeninggalnya. Dan belum tentu pendapat dari salah satu atau dua madzhab itu bebas dari kritik ulama atau bisa dikatakan belum pasti benarnya.
  • Syaikh hafizhahullah menjelaskan, manakala ada seseorang yang mendapatkan mandat mewakilkan barangnya untuk dijual kepada orang lain dengan harga tertentu misalnya, “Aku mewakilkan kamu akh Zaki untuk menjualkan kopiah saya seharga 500 dirham kemudian dijual seharga 500 dirham dan kamu ambil sendiri seharga 500 dirham untuk dirimu maka itu tidak mengapa. Namun ketika dikatakan juallah kopiah saya ini, kamu menjadi wakil saya, dengan harga maksimal yang engkau bisa jual maka ini bisa menjadi tuhmah (tuduhan) yaitu tuduhan ketika itu menjadi keuntungan pribadi yang tidak sama dengan harga dipasaran, seharusnya harga 1000 kemudian oleh wakil penjualannya tersebut dihargai 500 saja lalu itu menjadi milik pribadi wakil (yang diberikan mandat untuk menjualkan barang tersebut) maka ini yang tidak dibolehkan.

SYAIKHONA DR. SHALIH AL-MASY’ARI hafizhahullah menjelaskan:

: لو قلت لك: بع هذه الأرض، فهل يجوز أن تشتريها أنت وأنت الوكيل؟

Seandainya aku katakan kepadamu, jualah tanah ini, apakah boleh engkau membelinya dan engkau bertindak sebagai wakil (yang diberikan mandat)?

لو قلت لك: اشتر لي أرضاً مساحتها مثلاً ألفا متر في المنطقة الفلانية، وأنت عندك أرض تنطبق عليها نفس الشروط، فهل يجوز أن تدخلها في ملكي وتبيعها عليَّ؟ هذا نفس الإشكال الآن، كالقول من قال: [ ليس له الشراء من نفسه ولا البيع لها إلا بإذن موكله ]، أما في حالة الإذن فأعتقد أنه لا إشكال إطلاقاً، لو قلت أنت مثلاً: بع الأرض هذه، وقلت لك: أنا الوكيل وأريد أن أشتريها، فوافقت، فإنه لا مانع هنا ولا إشكال؛ لماذا؟ لأن أصل القضية أنه ممكن أن تهبها لي هبة وهدية، فالإشكال ألا يقع نوع من التهمة عليَّ.

Seandainya aku katakan kepadamu, belilah tanah ini luasnya misalnya 1000 meter di daerah tertentu, dan engkau sendiri punya tanah yang luasnya sesuai dengan apa yang disyaratkan, apakah boleh engkau memasukkannya menjadi kewenanganku (untuk membelinya) dan engkau menjualnya kepadaku? Ini adalah permasalahan yang sama yaitu, sebagaimana ada orang yang berpendapat, “Tidak boleh baginya menjual untuk dirinya dan membeli untuk dirinya kecuali dengan izin yang memberikan mandate perwakilan.” Dalam hal diizinkan oleh pihak pemberi mandate maka aku berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak ada masalah secara mutlak, seandainya aku katakan kepadamu misalnya, “Juallah tanah ini, dan aku katakan kepadamu, “Aku wakil dan aku ingin membeli tanah tersebut, lalu engkaupun setuju, maka ini tidak terlarang dan tidak mengapa, kenapa? Karena asal persoalannya bisa jadi dimungkinkan baginya untuk memberi hibah atau hadiah kepadaku, maka persoalannya adalah agar tidak terjadi suatu tuduhan kepadaku (bahwa aku hanya ingin keuntungan sepihak).

نعم، لو قلت أنت: أريد أرضاً بمواصفات معينة، وقلت لك: عندي أرض بهذه الشروط واشتريتها مني فهل في إشكال؟ هذا لا إشكال فيه.

Iya, kalau engkau katakan, “Aku ingin tanah dengan spesifikasi tertentu,” lalu aku katakan, ‘Aku punya tanah dengan spesifikasi ini maka belilah dari ku, apakah ini ada masalah? Ini tidak ada masalah di dalam (pernyataan jual beli seperti itu)

لكن لو أنه لم يكن هناك نص، يعني: لا يدري الموكل أنك أنت المشتري أو أنك أنت البائع، فهذه المسألة فيها تقريباً ثلاثة أقوال، مسألة: هل يجوز للوكيل أن يبيع أو يشتري لنفسه من الموكل؟

Namun seandainya tidak ada satupun nash keterangan, yaitu Yang memberikan mandat tidak tahu bahwa engkaulah yang (akan membeli) atau engkaulah yang akan menjual maka permasalahan ini terdapat tiga pendapat.

Permasalahan: “Apakah boleh bagi yang diberikan mandat (sebagai wakil) untuk menjual atau membeli untuk dirinya dari sang pemberi mandat?”

القول الأول: أن ذلك لا يجوز، وهذا قول أبي حنيفة والشافعي، وهو رواية عند الحنابلة، قالوا: لأن فيه تهمة، أنت حين تبيع لنفسك أو تشتري لنفسك قد تكون حابيت نفسك وشريت برخص أو بعت بغلاء على حساب الوكيل.

Pendapat yang pertama: – Bahwa hal demikian tidak dibolehkan dan ini adalah pendapatnya Imam Abu Hanifah dan Imam as-Syafi’I rahimahumullah, dan ini adalah salah satu Riwayat di kalangan madzhab Hanbali, mereka berkata, “Karena didalamnya ada Tuhmah – Tuduhan, ketika engkau menjual untuk dirimu atau engkau membeli untuk dirimu, bisa jadi engkau menginginkan untuk dirimu dan membelinya dengan murah atau engkau menjualnya dengan harga mahal dengan (memanfaatkan) akun sebagai wakil/agen/yang diberikan mandat.

وأيضاً قالوا: لأنه يتوجَّب على ذلك أن يتولى الوكيل طرفي العقد، فهو البائع وهو المشتري، وهذا ليس معروفاً، وإنما العرف أن يكون باع على أحد أو اشترى من أحد غيره.

Dan juga mereka berkata: Karena itu perlu bagi agen untuk mengambil alih pihak-pihak dalam kontrak, jadi dia adalah penjual dan dia adalah pembeli, dan ini tidak ma’ruf alias tidak diketahui, tetapi yang dikenal kebiasaannya (secara adat) dia menjual kepada seseorang atau membeli dari orang lain.

القول الثاني: أن ذلك يجوز مطلقاً، وهذا مذهب مالك والأوزاعي والظاهرية، قالوا: إنه مثل غيره من الناس، له أن يبيع ويشتري من نفسه أو من غيره سواء.

Pendapat kedua: Bahwa yang demikian (jual beli oleh agen wakil) adalah boleh secara Mutlaq, dan ini adalah madzhab Imam Malik, al-Auzaiy, dan Dhohiriyah, mereka berkata, “Sesungguhnya itu berlaku seperti orang lain juga, baginya bisa menjual dan membeli dari dirinya atau selainnya, kedudukannya sama.

القول الثالث: وهو رواية عند الحنابلة، قالوا: إنه يجوز أن يبيع على الوكيل أرضه مثلاً أو ماله أو يشتري من الوكيل؛ ولكن بشرطين:

Pendapat ketiga: Ini adalah Riwayat yang dijadikan acuan menurut madzhab hambali, mereka berkata, “Boleh untuk menjual terhadap orang yang dimandatkan / agen tanahnya contohnya atau hartanya atau dia membeli dari agennya namun dengan dua syarat:

الشرط الأول: أن يزيد على ثمنه، مثلاً: أنت وكلتني في بيع هذه الأرض فوصلت الأرض بالمزاد العلني سعر المتر إلى أربعمائة ريال وانتهت، فأنا الوكيل قلت: أنا أشتريها بأربعمائة وخمسة ريالات مثلاً، أو قل: بأربعمائة وريال واحد، ففي هذه الحالة يكون هذا مصلحة لي أنا كوكيل، ومصلحة أيضاً لمالك الأرض، فيجوز حتى لو كنت وكيلاً إذا اشتريت بأكثر مما انتهت أو وقفت عليه السلعة، وهذا جيد كما ترون؛ لأنه ليس عندنا نص في المنع، وهذا فيه مصلحة.

Syarat Yang Pertama: Hendaknya lebih dari harganya, contohnya: “Engkau menjadi wakilku/agen dalam penjualan tanah ini, dan harga tanah ini semeternya 400 riyal.” “Aku menjadi wakil/agen, aku katakan, “Aku akan membelinya dengan 405 riyal misalnya, atau kurang yaitu 401 riyal.” Maka dalam kondisi ini terdapat kemashlahatan bagi ku sebagai wakil/agen begitu juga kemashlahatan untuk yang punya tanah, maka dibolehkan bahkan apabila aku jadi wakil agen, jika aku membelinya dengan harga lebih dari yang seharusnya atau aku waqafkan barang tersebut maka ini adalah baik sebagaimana kalian ketahui, karena kami tidak mendapati di dalam hal tersebut nash dalil tentang larangan dan di dalamnya ada bentuk kemashlahatan.

(الميكرفون الذي يحرِّج على السيارة) مثلاً لا يكون الوكيل هو الذي يتولاه، وإنما يجعل مثلاً تركي يقوم بالحراج، فينادي: من يشتري هذه السيارة؟ ويكون الوكيل واحد من ضمن الناس الذين يزايدون، لكن هل يزايد من أجل النجش ورفع ثمن السلعة بالباطل؟ لا، وإنما هو يريد أن يشتري، فإذا وقف السوم عليه وهو الوكيل جاز له الشراء.

Mikropon yang suaranya dikeluarkan diatas kendaraan, contohnya maka agen wakil bukanlah yang mengambil alih, namun menjadikannya seperti dilistkan di lapak (seperti marketplace/OLX), dan menyeru, “siapa yang mau beli mobil ini?”maka wakil nya hanya satu namun mencakup banyak orang yang mau menawar, namun apakah dia menawar dalam rangka menambahkan harga barang kepada orang orang yang enggan untuk membelinya (bisa dengan cara seperti lelang) dan untuk meninggikan harga barang dengan cara yang batil? Tidak, yang diinginkannya adalah dia ingin membelinya, maka jika telah berhenti pada harga yang paling tinggi yang bisa diraih (ketika masih di list penawaran marketplace) dan dia adalah agen di lapak tersebut maka boleh baginya untuk membelinya.

وبناء على هذا القول وهو القول الثالث ورواية عند أحمد كما قلت لكم نستطيع أن نقول في مسألة البيع أو الشراء لنفسه: إنه يجوز للوكيل أن يبيع أو يشتري لنفسه إذا انتفت التهمة؛ لأن هذه الشروط ما نزل فيها القرآن، وإنما هي من اقتباس عقول بعض الفقهاء، فنقول: يجوز أن يبيع أو يشتري من نفسه ولنفسه إذا انتفت التهمة بأي شكل كان، وربما تنتفي التهمة بأساليب وطرق غير ما ذكرنا.

Berdasarkan atas pendapat ini dan ini adalah pendapat yang ketiga dan dasar Riwayat yang dipegang menurut imam Ahmad rahimahullah, sebagaimana aku katakan kepada kalian, kita bisa katakana bahwa dalam permasalahan jual dan beli untuk dirinya (agen) itu dibolehkan bagi wakil/agen untuk menjual dan membeli untuk dirinya jika tidak ada tuduhan (untuk mencari untung sendiri yang lebih banyak), karena syarat-syarat ini (tersebut diatas) tidak diturunkan dalam al-Quran, dan hal tersebut adalah kutipan pikiran dari Sebagian para ahli Fiqih, maka kita katakana, “Boleh menjual dan membeli dari dirinya sendiri untuk dirinya sendiri selama tidak ada tuhmah tuduhan (bahwa itu untuk menimbun untung sendiri) dengan bentuk apapun, begitupun tuduhan tersebut bisa ditiadakan dengan berbagai macam metode atau jalan pendekatan lainnya selain yang kami sebutkan.

SYAIKHONA DR. ALI SALIMIN AL-KATIRI hafizhahullah menjelaskan:

[9:58 AM, 1/14/2021] SyaikhAliSalimin:
هذا الكلام بناء على اعتبار ان البيع لا يصح الا بالايجاب والقبول وفي مسالتنا البائع هو المتصدق على قوله لكن هذا غير صحيح لان هذا باع لغيره والذي عمله ان خفف السعر فقط فلم يتحد الايجاب والقبول في هذه الصورة كبيع الوكيل لنفسه هو باع لغيره
وعلى فرض الاتحاد فان الزركشي اجاز اذا انتفت التهمة
Perkataan ini berdasarkan pada patokan bahwa penjualan tidak shohih kecuali adanya ijab dan qobul, sedangkan dalam permasalahan kita adalah penjual adalah orang yang bershodaqah berdasarkan perkataannya namun ini tidak shohih (harusnya ijab qabul dengan satu orang saja merangkap agen/wakil dan sang pembeli) karena ini menjual untuk orang lain, sedangkan yang dilakukannya (pemilik warung makan) hanya memberikan discount harga saja, maka itu tidak menyatukan ijab dan qobul dari kasus ini seperti penjualan wakil agen untuk kepentingan dirinya sendiri dan dia menjual kepada orang lain, dan jika diharuskan menyatukan antara penjual dan pembeli merangkap sebagai wakil agen maka az-Zarkasy rahimahullah membolehkannya jika tidak ada tuduhan (menguntungkan diri sendiri)

[10:04 AM, 1/14/2021] SyaikhAliSalimin:
وايضا اذا كان يقصد ان صاحب المطعم هو المتصدق وهو البائع فلا يصح كلامه لانتفاء التهمة

Dan juga apabila yang diinginkan itu bahwa pemilik warung makan itu adalah (juga) orang yang bershodaqah dan dia adalah penjual juga maka tidak benar perkataannya (bahwa ijab dan qabul harus tidak boleh orang yang sama – dilakukan oleh agen) karena tidak adanya at-Tuhmah (tuduhan untuk menguntungkan diri sendiri).

[10:13 AM, 1/14/2021] SyaikhAliSalimin:
يصح كلام هذا النجل لو أخذ الصدقات من الناس وباع من محله لنفسه لصح كلامه

Benar pendapat ini (pendapat yang menyatakan tidak boleh ijab dan qobul dengan satu pihak – dilakukan oleh agen/wakil untuk menjual barang orang lain dan dia merangkap menjadi pembeli) seandainya shoqah dari orang-orang diambil dan dijual di tempatnya untuk keuntungannya dirinya sendiri, maka shohih perkataannya (karena at-Tuhmah tuduhan menguntungkan diri sendiri itu ada).

[10:23 AM, 1/14/2021] SyaikhAliSalimin:
نعم قد لا يكون لصاحب المطعم اجر اذا قصد تسليك تجارته أما إن لم يكن له ربح في ذلك وكان يبيع برأس المال فعمله صحيح وله الاجر إن شاء الله

Iya, bisa jadi pemilik warung makan tidak mendapatkan ganjaran apabila yang diinginkannya agar perdagangannya lancar jaya, sedangkan kalau dia tidak mendapatkan keuntungan dari yang demikian dan dia hanya menjual dengan harga modalnya saja maka apa yang dilakukannya itu adalah shohih benar dan baginya akan mendapatkan ganjaran inSya Allah.

KESIMPULAN:
➖➖➖➖➖
1️⃣ Manakala mengumpulkan donasi dan kemudian disalurkan oleh Pemilik warung makan, dimana pemilik warung makan mengolah dan menyalurkan kepada yang berhak diberikan dalam rangka shodaqah, tidak untuk keuntungan dirinya sendiri maka itu tidak mengapa.

2️⃣ Tidak dibolehkan untuk mengkhususkan jum’at untuk membagi donasi/makanan dengan sebutan Jum’at BAROKAH karena pengkhususan seperti itu butuh dengan dalil.

3️⃣ Sekiranya itu karena memanfaatkan kumpulnya kaum muslimin di masjid untuk melakukan sholat jum’at kemudian membagikan makanan dan minuman tanpa ada keyakinan pengkhususan tersebut datang dari syari’at maka inSya Allah itu tidak mengapa.

4️⃣ Adanya amanah, tidak adanya konflik kepentingan dan tidak adanya at-Tuhmah (tuduhan) dalam rangka menguntungkan diri sendiri maka jual beli yang melibatkan wakil atau agen merangkap sebagai pembeli atau penjual maka itu tidak mengapa.

5️⃣ Hendaknya pembahasan yang seperti ini harus dikaji di media-media yang mendetailkan penjelasan keilmiyahnnya, jangan dipotong-potong sehingga menjadikan salah sangka dan gagal fahamnya kebanyakan orang yang bisa mengakibatkan carut marut keinginan baik mereka untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.

6️⃣ Bimbingan ulama untuk menyelesaikan permasalahan yang actual adalah sangat dibutuhkan bukan hanya sekedar copy paste dari sumber yang belum jelas keakuratannya dan kevalidan nya.

7️⃣. Mengusung pendapat satu/dua madzhab itu haruslah bijak, tidak kemudian dijadikan inilah pendapat yang paling kuat sebelum mendatangkan dalil-dalil secara ilmiyah. Sehingga bukan asal menukil pendapat madzhab maka orang lain harus mengikuti pendapatnya. Namun hendaknya didudukkan dan dijelaskan dengan detail serta hikmah.

semoga bermanfaat,

? Ustadz Zaki Rakhmawan Abu Usaid (Yang tertatih berdoa kepada Rabbnya, “semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahanku, orang tuaku, dan kaum muslimin”)

COMMENTS